sumber: internet |
Berkah Ramadhan benar-benar dirasakan Mahasiswa yang ada di Kota Malang. Mungkin juga di Kota yang padat mahasiswa lainnya. Bulan yang bisa menjadikan anggaran pengeluaran makan para mahasiswa benar-benar berkurang. Sebab, beberapa masjid beramai-ramai menyediakan takjil hingga nasi kotak untuk berbuka puasa. Bahkan ada pula yang menyediakan hidangan sahur juga.Adapun beberapa masjid yang dikenal pamiliar menyediakan takjil di Kota Malang, ada Masjid Raden Fatah yang terletak di Universitas Brawijaya (UB). Masjid Muhajirin yang terletak di Jalan Siigura-sigura kiri jalan setelah ITN. Masjid Merjosari yang terletak di kiri jalan di daerah taman merjosari. Serta ada pula masjid Al-Isti'dad yang terletak di belakang Universitas Gajayanan (UNIGA). Dan masih banyak Masjid lainnya yang mungkin belum kami data. Kemudian untuk masjid yang menyediakan makan sahur adalah masjid Fakhrudin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Keberkahan Ramadhan itu, benar bemar dirasakan oleh Abdul Muhaimin, mahasiswa Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sebab, dirinya hampir tidak pernah absen mengikuti buka bersama di masjid. Biasanya dia mencari takjil di Masjid Al-Isti'dad, karena langganan setiap bulan ramadhan. Kecuali saat bersamaan ada undangan buka bersama. "Berhubung ada yg menyedikan berbuka gratis di Masjid, kenapa tidak diterima saja," ungkap dia dengan sedikit bercanda.
Buka puasa dan sahur gratis tentu tidak hanya digandrungi pria asal Nganjuk seorang, hehe. Buktinya, hampir setiap sore, masjid yang menyediakan buka puasa selalu dipadati jamaah. Dan yang terlihat menanti, sepertinya wajah-wajah mahasiswa. Jarang sekali penduduk sekitar yang ikut andil dalam buka bersama di masjid, kecuali dia menjadi salah satu koordinator takjil jelang buka.
Jika diperhitungkan, berkah hemat memang dirasakan mahasiswa. Bayangkan jika setiap hari anggaran untuk buka minimal Rp 10 ribu, jika 25 hari bisa jadi 250 ribu. Nah, uang tersebut bisa jadi ongkos mudik lebaran bersama orang orang tercinta, atau buat beli pakaian lebaran, trend kelasik yang masih ramai dan membudaya di Indonesia.
Eh, apalagi bagi mahasiswa tingkat akhir. Jerih payah hemat itu bisa buat beli kertas untuk melayani coretan coretan dosen pembimbing skripsi.
Atau untuk ditabung buat daftar wisuda yang sudah kelar skripsinya.
Dul, sapaan akrab Abdul Muhaimin mengungkapkan, mencari takjil di masjid tidak hanya sekedar mencari hidangan untuk membatalkan puasa selama sehari penuh. Tetapi juga berupaya bisa sholat jamaah tepat waktu. "Kalau saya buka puasa sendiri di kontrakan, kadang tidak mesti jamaah. Kalaupun jamaah ya dikontrakan. Kalau di masjidkan lebih afdhol untuk Jamaah," ungkap pria berusia 23 tahun itu, .
Selain itu, mahasiswa semester akhir tersebut menerangkan, bulan ramadhan banyak yang sedakoh. Salah satunya lewat takjil yang dibagikan di masjid. "Nah kalau takjilnya banyak, dan pengunjungnya sedikit kan eman. Nah, saya bersedia menjadi penerimanya," kata Dul, lalu tersenyum.
Sore tadi terpantau, halaman masjid Al-Isti'dad padat pengunjung yang sedang mendengarkan khazanah ramadhan jelang adzan magrib. Satu persatu mereka yang datang, mendapatkan satu kotak nasi, minum dan tiga biji kurma ala sunnah rosul.
Tak hanya di Masjid Al-Isti'dad, di selatan taman Singha masjid Muhammadiyah juga rame oleh pengunjung yang menantikan adzan dan pembagian takjil.
Momentum khazanah ramadhan di masjid dan pemberian takjil sebetulnya sudah membudaya di Kota Malang. Mahasiswa baru yang ada di Kota Malang saat puasa pun pastinya akan akrab dengan istilah para pemcari takjil (PPT).
Manfaat silaturrahim sebetulnya bisa dicapai ikut mencari takjil. Namun, sependek pengamatan saya, jarang terjadi komunikasi antar kanan kiri mereka. Begitu bedug dipukul dan adzan dikumandangkan, semuanya lahap menyantap sajian bukanya. Tak ada yang bertegur sapa untuk tanya nama atau asal kampus. Ah, sudahlah mungkin sudah musimnya. Atau mungkin mereka tidak bertegur sapa, karena waktunya tidak mendukung. Semoga saja,
0 comments:
Post a Comment